Jumat, 08 Oktober 2010

Pustaka

Eddiwal, E. F. Husin, dan Nurhajati Hakim. 2002. Respon Tanaman Abaca Terhadap Pemberian CMA Dan Tithonia (Tithonia diversifolia) Sebagai Bahan Substitusi N Dan K Pupuk Buatan Pada Ultisol. Dalam Kongres Nasional HITI VIII. 21-23 Juli. Padang. 2003 : 625-638.

Gusmini, Nurhajati Hakim, dan Eti Farda Husin. 2002. Pemanfaatan Pangkasan Tithonia(Tithonia diversifolia) Sebagai Bahan Substitusi N Dan K Pupuk Buatan Untuk Tanaman Jahe (Zingerber officinaleRosc) Pada Ultisol। Dalam Kongres Nasional HITI VIII। 21-23 Juli. Padang. 2003 : 583-595.

Margo Yuwono, Nur Basuki dan Lily Agustina 2001. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas (L।) Lam.) pada macam dan dosis pupuk organik yang berbeda terhadap pupuk anorganik. Universitas Brawijaya. Malang.




Senin, 13 April 2009

Pengaruh pupuk hijau tithonia diversifolia terhadap tanah dan tanaman


Pengaruh Pupuk Hijau Tithonia Diversifolia Terhadap Tanah Dan Tanaman

Sanches dan Jama (2000) seperti dikutip Eddiwal at al melaporkan bahwa, tithonia (Tithonia diversifolia) dari famili Asteraceae mudah tumbuh disembarang tempat, mengandung N dan K yang tinggi, sehingga dapat dijadikan pupuk hijau sebagai sumber bahan organik. Mereka juga melaporkan bahwa pemberian tithonia yang setara dosis 60 kg N urea tanpa pemakaian pupuk buatan didapat hasil jagung 2,10 ton/ ha, sedangkan dengan pemberian urea hanya 0,96 ton/ ha. Jama, Palm, Buresh, Niang, Gachengo, Nziguheba dan Armadalo (2000) seperti dikutip Eddiwal at al melaporkan bahwa, pada tanah defisiensi K, pemberian tithonia setara 60 kg.


Menurut Gusmini, Nurhajati Hakim, Eti Farda Husin (2003) pemberian tithonia sebagai sumber hara N dan K untuk mensubstitusi NK- pupuk buatan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian tithonia segar sebanyak 1100 g/ 10 kg tanah, selain sebagai sumber 5 g N dan 4,5 g K juga dapat meningkatkan P-tersedia (8,1 ppm), C-Organik (0,79 %), Ca (0,99 cmol.kg-1), Mg (0,40 cmol.kg-1) dan menurunkan Al-dd (0,75 cmol.kg-1). Kombinasi 68 % NK dari tithonia dan 32 % NK dari pupuk buatan adalah kombinasi yang terbaik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil rimpang jahe tertinggi pada Ultisol, yaitu sebanyak 365,72 g/pot (15 ton/ha) untuk panen 4 bulan dan sebesar 669,35 g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6 bulan.


Menurut Margo Yuwono et al (2001) T. diversifolia paling cepat mengalami mineralisasi dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, C. muconoides dan C. pubescens, dan mencapai puncaknya pada 4 minggu setelah perlakuan Dengan demikian penggunaan T. diversifolia sebagai pupuk organik sangat potensial, karena memenuhi kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T. diversifolia memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Kamis, 02 April 2009

Pupuk Hijau Tithonia diversifolia


Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian - bagian yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah. Biasanya untuk pupuk hijau sering digunakan jenis tanaman legum, karena kandungan nitrogenya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lainya (Nurhajati Hakim, 1986).

Pemilihan tanaman yang cocok untuk pupuk hijau harus dapat memenuhi beberapa syarat antara lain : (1) cepat tumbuh dan dapat menghasilkan banyak bahan organik, (2) tidak banyak mengandung kayu, (3) mudah busuk, (4) banyak mengandung nitrogen dan (5) dapat tumbuh pada tanah yang kurus serta kurang subur dan tanah kekeringan (Nurhajati Hakim, 1986).

Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong, yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4) mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan (Wiwik Hartatik, 2007).

Salah satu jenis tanaman legum yang dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur adalah Tithonia diversifolia atau bunga matahari Meksiko. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai sumber hara N dan K oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan. Tithonia banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian (Wiwik Hartatik, 2007).

Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan sumber bahan organik tanah melalui teknik pertanaman lorong atau tanaman pembatas kebun. Tithonia merupakan salah satu sumber pupuk hijau yang murah. Tanaman dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif, yaitu dari akar dan setek batang atau tunas, sehingga dapat tumbuh cepat setelah dipangkas(Wiwik Hartatik, 2007).

Menurut Wiwik Hartatik (2007) Daun Tithonia kering mengandung N 3,5-4,0%, P 0,35-0,38%, K 3,5- 4,1%, Ca 0,59%, dan Mg 0,27%. Tanaman jagung yang dipupuk Tithonia setara 60 kg N/ha menghasilkan jagung pipilan kering 4 t/ ha, sedangkan bila dipupuk urea 60 kg N/ha hasilnya hanya 3,7 t/ha. Pupuk hijau dari Tithonia juga dapat mensubstitusi pupuk KCl. Dan Tithonia dapat menghasilkan bahan kering 1,75-2,0 kg/m2/tahun. Kadar N total pangkasan Tithonia berkisar antara 2,9-3,9% atau rata-rata 3,16% sehingga dapat menghasilkan N 65 g/m2/tahun.

Menurut Gusmini, Nurhajati Hakim, Eti Farda Husin (2003) pemberian tithonia sebagai sumber hara N dan K untuk mensubstitusi NK- pupuk buatan dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pemberian tithonia segar sebanyak 1100 g/ 10 kg tanah, selain sebagai sumber 5 g N dan 4,5 g K juga dapat meningkatkan P-tersedia (8,1 ppm), C-Organik (0,79 %), Ca (0,99 cmol.kg-1), Mg (0,40 cmol.kg-1) dan menurunkan Al-dd (0,75 cmol.kg-1). Kombinasi 68 % NK dari tithonia dan 32 % NK dari pupuk buatan adalah kombinasi yang terbaik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil rimpang jahe tertinggi pada Ultisol, yaitu sebanyak 365,72 g/pot (15 ton/ha) untuk panen 4 bulan dan sebesar 669,35 g/pot (27 ton/ha) untuk panen 6 bulan.

Menurut Margo Yuwono (2002) T. diversifolia paling cepat mengalami mineralisasi dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, C. muconoides dan C. pubescens, dan mencapai puncaknya pada 4 minggu setelah perlakuan Dengan demikian penggunaan T. diversifolia sebagai pupuk organik sangat potensial, karena memenuhi kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T. diversifolia memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.



friendster aq